Kamis, 18 Januari 2018

surat kecil untuk sang kekasih


di posting oleh mass rizal pada tanggal 18 januari 2018.
dan di karang oleh tammam pada tanggal 15 januari 2018

Asslamualaikum.Wr.Wb


Teruntuk amiey

Bagaimana dengan kabarmu saat ini amiey....?
Apa kabar dengan hati yang sudah lama aku rindu...?
Apa kabar dengan hati yang saat ini sedang mencoba meraih ridhonya...?
Semoga engkau senantiasa dalam tuntunan dan naungan rahmatnya.
Dalam sujudku padanya, kutitipkan doa dan pinta ku agar engkau slalu dalam penjagaanya, ketika penjagaan ku tak bisa sampai pada mu.
Aq bukanlah seorang yang pandai merangkai kata agar indah ketika di baca, maka dari itu akan segera aq utarakan maksud dan tujuan kedatangan dari risalah kecil ini.

Amiey .......

Aby  mintak maaf jika sampai saat ini aby masih sering menjatuhkan air mata amiey dari pada melukis senyum di kedua bibir amiey, dan maafkan aby jika aby mempersalahkan sesuatu yang mungkin menurut amiey adalah hal kecil, namun terlepas dari semua itu amiey harus tau satu hal bahwa setiap jengkal dari dirimu adalah hal terbesar dalam hidup aby.mungkin saat ini amiey telah berfikir: “ bualan apa lagi yang sedang kubuat sekarang...?”, “tidak amiey...!!!”, Aby tidak sedang membual, karna masa: “dimana bualan-bualan indah adalah cara aby mendapatkan cinta telah aby tingalkan sebelumnya”.

Amiey......

Jika kau bertanya : “kau anggap aku apa...?”, maka percayalah bagi q kau adalah anugrah terindah dari tuhan untuku. Bagiku, kau adalah wanita kedua yang amat aq cintai di dunia ini setelah ibuku, bagi ku kau adalah gundukan emas di atas gunung, dan aq lah pendaki yang siap memanjat bukit harapan tanpa peduli pada aral melintang yang terus datang menghadang. Aby tak memaksa amiey untuk mempercayai semua isi hati aby yang tertuang dalam coretan hitam di atas putih ini karna pada dasarnya aby hanya memberi tahu, selebihnya, amiey percaya tidak itu terserah Amiey.

 Amiey.......

“Tpi yang perlu amiey ketahui lelaki itu ibarat kertas yang bertulisakan mohon di perhatikan, dan wanita ibarat kertas yang bertuliskan mohon di hargai. Jadi, jika amiey ingin di hargai maka perhatikan lah amiey”



“I LOVE YOU”

Rabu, 20 Desember 2017

“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”, kata Gus Mus

“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”, kata Gus Musdi

di posting oleh mass rizal pada tanggal 20 desember 2017


KH. Musthofa Bisri atau biasa disapa Gus Mus merupakan salah satu dari sekian banyak  Ulama’ yang kita miliki. Gus adalah sapaan ala masyarakat pesantren kepada seorang putra Kyai. Ya, Gus Mus adalah putra dari KH. Bisri Musthofa (Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin Rembang).
Gus Mus, Kyai lulusan Universitas Al Azhar Cairo ini sekarang sedang disibukkan dengan menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin Rembang.  Selain dikenal sebagai seorang Kyai, Gus Mus juga dikenal sebagai seorang Budayawan, Penulis produktif, dan Seniman. “Cintamu”, “Ada Apa Dengan Kalian”, “Sajak Atas Nama”, dan “Gelap Berlapis-lapis”, adalah sekian dari banyak puisi karya beliau. Diantara puisi-puisi karya Gus Mus, “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” adalah salah satu yang aku sukai. Rangkaian kata Bahasa Indonesia dengan menggunakan tata Bahasa Arab ala Gus Mus yang satu ini memiliki seni yang tinggi. Kritik pedas yang disampaikannya terdengar sangat indah karena dibalut dengan seni. Apalagi alunan musik yang syahdu dan logat khas bacaan Gus Mus yang semakin membuat keindahan puisi ini begitu lengkap. Selamat menikmati sajian kali ini......


“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”

Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir

Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain

Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah

Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu

Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis

Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja

Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku

Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana

-1987-