KISAH
PERTAMA PENGINGKARAN DAN SIFAT LUPA ADAM
PENGANTAR
Para ahli
purbakala pada zaman ini menelusuri kota-kota yang lenyap dan sisa-sisa umat
terdahulu agar mereka mengenal kehidupan nenek moyang, mengetahui keadaan dan
kondisi mereka. Di samping minimnya informasi yang berhasil mereka gali, ia
juga ilmu yang tidak murni sehingga tidak menampakkan hakikat dan
tidak menyisir kabut kelam yang menyelimutinya. Ia tidak kuasa menyibak tabir
masa lalu yang dalam dengan kepastian. Lain urusannya dengan kedatangan wahyu
Allah untuk membawa berita orang-orang terdahulu. Hal itu merupakan
kekayaan tak ternilai harganya, karena ia menyuguhkan sesuatu yang
nyata dalam keadaan bersih dan murni. Ia adalah ilmu yang diturunkan
dari Dzat Yang Maha Mengenal lagi Maha Mengetahui, di mana tidak
sesuatu pun di langit dan di bumi yang samar dari- Nya.
Sebagian
ilmu ini tidak mungkin ditembus dengan jalan selain wahyu. Di antaranya,
sebagian berita tentang bapak kita, Adam ‘Alayhi Salam, tentang sebagian tabiat
dan ciri-cirinya yang kita warisi darinya. Sebagaimana beliau menyampaikan
kepada kita sebagian syariat untuknya dan untuk anak cucu sesudahnya.
NASH HADIS
Tirmidzi
meriwayatkan dalam Sunan-nya dari Abu Hurairah. Ia berkata bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Manakala
Allah menciptakan Adam, Allah mengusap punggungnya, lalu dari punggung itu
berjatuhan seluruh jiwa yang Allah akan menciptakannya dari anak cucunya sampai
hari Kiamat. Dan Allah menjadikan di antara kedua mata masing- masing
orang kilauan cahaya. Kemudian mereka dihadapkan kepada Adam. Adam
berkata, 'Ya Rabbi, siapa mereka?' Allah menjawab, 'Mereka adalah
anak cucumu."
Lalu Adam
melihat seorang laki-laki dari mereka. Dia mengagumi kilauan cahaya
yang memancar di antara kedua matanya. Adam bertanya, ’Ya Rabbi siapa ini?’
Allah menjawab, ’Ini adalah laki-laki dari kalangan umat terakhir dari
anak cucumu yang bernama Dawud.’ Adam bertanya, ’Ya Rabbi, berapa
Engkau beri dia umur?’ Allah menjawab, ’Enam puluh tahun.’ Adam berkata, ’Ya
Rabbi, tambahkan untuknya dari umurku empat puluh tahun.’
Manakala umur Adam telah habis, dia didatangi oleh Malaikat maut.
Adam berkata, ’Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun?’
Malaikat menjawab, ’Bukankah engkau telah memberikannya kepada anakmu Dawud?’
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, ’Adam mengingkari, maka
anak cucunya pun mengingkari. Adam dijadikan lupa, maka anak cucunya dijadikan
lupa; dan Adam berbuat salah, maka anak cucunya berbuat salah."
Abu Isa
berkata, "Ini adalah hadis hasan shahih. Ia telah diriwayatkan
tidak dari satu jalan dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Salam."
Tirmidzi
juga meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda, "Ketika Allah menciptakan Adam dan
meniupkan ruh padanya, dia bersin, dia berkata 'Alhamdulillah', dia memuji
Allah dengan izin-Nya. Maka Tuhannya berfirman kepadanya, 'Semoga Allah
merahmatimu, wahai Adam. Pergilah kepada para Malaikat itu, sebagian mereka
yang sedang duduk. Katakanlah, 'Assalamu'alaikum'. Mereka menjawab, 'Wa alaikas
salamu warahmatihi'. Lalu Adam kembali kepada Tuhannya, dan Dia berfirman,
'Sesungguhnya itu adalah penghormatanmu dan penghormatan anak-anakmu di antara
mereka.’
Lalu Allah
berfirman kepada Adam, sementara kedua tangan-Nya mengepal, ’Pilih satu dari
keduanya yang kamu kehendaki.’ Adam menjawab, ’Aku memilih tangan kanan Tuhanku
dan kedua tangan Tuhanku adalah kanan yang penuh berkah.’ Kemudian Allah
membukanya. Ternyata di dalamnya terdapat Adam dan anak cucunya. Adam bertanya,
’Ya Rabbi, siapa mereka?’ Allah menjawab, ’Mereka adalah anak cucumu.’ Ternyata umur semua
manusia telah tertulis di antara kedua matanya. Di antara mereka
terdapat seorang laki-laki yang paling cerah cahayanya atau termasuk yang paling
terang cahayanya. Adam bertanya, ’Ya Rabbi, siapa ini?’ Allah menjawab, ’Ini
adalah anakmu Dawud dan Aku telah menulis umurnya empat puluh tahun.’
Adam berkata, ’Ya Rabbi, tambahkan umurnya.’ Allah berfirman, ’Itu yang
telah Aku tuliskan untuknya.’
Adam berkata, ’Ya Rabbi, aku memberikan umurku enam puluh tahun kepadanya.’
Allah berfirman, ’Itu urusanmu.’
Nabi SAW
bersabda, "Lalu Adam diminta tinggal di Surga sekehendak Allah, kemudian
dia diturunkan darinya. Maka Adam menghitung sendiri umurnya. Manakala Malaikat
maut datang, Adam berkata kepadanya, 'Kamu telah tergesa-gesa. Aku telah
diberi umur seribu tahun.’ Malaikat menjawab, ’Tidak, tetapi kamu
telah memberikan enam puluh tahun umurmu kepada anakmu Dawud.’ Lalu
Adam mengingkari, maka anak cucunya mengingkari. Adam lupa, maka anak cucunya
lupa. Dia berkata, ’Sejak saat itu diperintahkan untuk menulis dan saksi-saksi."
Tirmidzi
berkata, "Ini adalah hadis hasan gharib dari jalan ini. Ia telah
diriwayatkan bukan dari satu jalan dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam dari riwayat Zaid bin Aslam dari Abu
Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam."
PENJELASAN
HADIS
Allah
menciptakan Adam dalam keadaan sempurna dan lengkap. Tidak seperti yang diklaim
oleh orang-orang yang tidak berilmu, bahwa manusia berevolusi dari hewan atau tumbuhan.
Allah menciptakannya dari saat pertama dia diciptakan sebagai seorang yang
berakal dan berbicara, dia memahami apa yang dikatakan kepadanya dan dia
menjawab dengan benar.
Setelah ruh
ditiupkan kepadanya, Adam bersin, maka dia memuji Allah Azza wa Jalla. Allah
menjawabnya, "Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam." Allah
memerintahkan Adam agar pergi ke sekumpulan Malaikat yang sedang duduk dan
mengucapkan salam kepada mereka. Para Malaikat pun membalas penghormatannya
dengan penghormatan yang lebih baik. Dan Allah memberitahukan kepadanya bahwa
hal itu adalah penghormatannya dan penghormatan di antara anak cucunya. Adam
berjalan, mendengar, berbicara, bersin, mengerti dan memahami perkataan.
Anda lihat
dalam hadis, betapa besar perhatian Allah kepada hamba-Nya, Adam. Dia berfirman
kepadanya manakala dia bersin, "Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam." Dan barangsiapa
dirahmati oleh Tuhannya, maka dia mendapatkan perhatian, perlindungan dan
kemuliaan-Nya. Oleh karenanya, Allah menerima taubatnya manakala dia terpeleset
dari jalan lurus kemudian Adam kembali kepada-Nya. Allah juga memaafkan
kelalaian kita dan mendukung kita dengan ruh dari-Nya.
Allah telah
mensyariatkan untuk Adam ketika berada di Surga dan anak cucunya agar ber-tahmid jika
bersin dan didoakan rahmat jika telah mengucapkan tahmid. Dan Allah
telah menjadikan salam sebagai penghormatan anak cucu dan keturunan sesudahnya.
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam menyampaikan kepada kita bahwa Allah mengusap
punggung Adam, maka berjatuhanlah semua jiwa dari anak cucu Adam yang akan
diciptakan darinya sampai hari Kiamat. Allah memegang itu dengan Tangan
kanan-Nya dan Adam diberi pilihan antara kedua genggaman Tuhannya,
maka dia memilih Tangan kanan Tuhannya dan kedua Tangan Allah adalah
kanan yang penuh berkah. Manakala Allah membukanya, ternyata di dalamnya
terdapat Adam dan anak cucunya.
Adam melihat
anak cucunya yang akan diciptakan sesudahnya dan Allah telah menjadikan cahaya
di antara kedua mata masing-masing. Adam juga melihat umur
masing-masing telah tertulis di antara kedua mata mereka. Adam
melihat seorang laki-laki dengan cahaya yang bagus. Dia bertanya tentangnya.
Maka Allah memberitahukan bahwa dia adalah salah satu putranya yang akan muncul
di sebuah umat sebagai salah satu umat terakhir. Putra itu bernama Dawud, yang
diberi umur enam puluh tahun (dalam riwayat lain, empat puluh).
Riwayat pertama lebih shahih. Adam merasa umur Dawud pendek,
dia pun memohon kepada Allah agar menambah umur Dawud. Allah menyatakan bahwa
itulah umur yang ditetapkan untuk Dawud. Lalu Adam memberikan
sebagian umurnya kepada Dawud untuk menggenapinya menjadi seratus.
Nampak dari
hadis tersebut bahwa Allah memberitahu Adam tentang umur yang ditulis untuknya,
bahwa dia akan hidup seribu tahun. Manakala umurnya telah mencapai seribu tahun
kurang empat puluh, Malaikat maut datang kepada Adam untuk mencabut nyawanya.
Adam pun menyangkal keinginan Malaikat maut. Dia membantah Malaikat yang hendak
mencabut nyawanya sebelum ajalnya tiba. Nampak pula dari hadis tersebut
bahwa Adam menghitung sendiri umurnya tahun demi tahun. Maka Adam
mengingkarinya karena lupa. Dan anak cucu Adam mewarisi sifat-sifat
bapak mereka. Mereka mengingkari seperti Adam mengingkari. Mereka lupa seperti
Adam lupa. Oleh karena itu, Allah memerintahkan penulisan dan kesaksian untuk
mengantisipasi pengingkaran orang-orang yang ingkar dan kelupaan orang-orang
yang lupa.
PELAJARAN-PELAJARAN
DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Allah
menciptakan Adam secara lengkap dan sempurna sejak awal penciptaannya.
Tidak seperti yang diklaim oleh orang-orang sesat, bahwa Adam diciptakan tidak
sempurna, kemudian berkembang menuju kesempurnaan dalam rentang waktu yang
panjang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah
menyampaikan kepada kita bahwa di antara kesempurnaan penciptaan
Adam, adalah diciptakannya dia dengan tinggi enam puluh hasta di langit dan
bahwa manusia setelah Adam terus
menerus
menyusut sampai pada ukuran manusia saat ini. Pada hari Kiamat Allah memasukkan
orang-orang mukmin ke Surga dengan bentuk penciptaan yang sempurna
seperti penciptaan Allah terhadap Adam.
2. Bukhari
dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih masing-masing bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Allah
menciptakan Adam dan tingginya adalah enam puluh hasta, kemudian Allah
berfirman kepadanya, 'Pergilah, ucapkan salam kepada para Malaikat itu.
Dengarkanlah penghormatan mereka kepadamu, karena itu adalah penghormatanmu dan
penghormatan anak cucumu.’ Maka Adam berkata, 'Assalamu'alaikum.’
Mereka menjawab, 'Assalamu 'alaika wa rahmatullah dengan tambahan
'Warahmatullah'. Dan semua orang yang masuk Surga dengan bentuk
penciptaan Adam. Dan manusia terus menerus menyusut sampai saat ini."4
3. Kebenaran
yang aku sebutkan di atas, bahwa Adam diciptakan secara sempurna sejak
dihembuskannya ruh kepadanya ditunjukkan oleh hadis tersebut. Allah menciptakan
Adam dalam bentuk penciptaan yang sempurna. Dia tidak berkembang dan tidak
berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, dari satu ciptaan ke ciptaan yang
lain. Lain halnya dengan anak cucunya, Allah menciptakan mereka di dalam rahim
ibu dalam bentuk setetes air, kemudian segumpal darah, kemudian seonggok
daging, kemudian setelah dihembuskannya ruh, Dia menumbuhkannya sebagai makhluk lain.
4. Mengetahui
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bapak kita, Adam, di antaranya adalah
bersinnya Adam, ucapan ’alhamdulillah’, jawaban Allah kepadanya (Yarhamukallah), salamnya kepada para
Malaikat, juga jawaban Malaikat kepadanya. Allah mengusap punggungnya dan
peristiwa-peristiwa lain yang dikandung oleh hadis ini.
5. Orang yang bersin mengucapkan hamdalah. Orang yang mendengarnya mengucapkan, "Yarhamukallah" dan penghormatan
salam termasuk syariat alami (internasional) yang dimiliki oleh
seluruh syariat, tidak khusus untuk satu umat tertentu dan itu termasuk warisan bapak
mereka, Adam ‘Alayhi Salam.
6. Penetapan
takdir. Allah mengetahui hamba-hamba- Nya pada masa azali dan Dia menulis hal
itu di sisi- Nya. Dia menunjukkan kepada Adam tentang anak cucunya sesudahnya,
dan umur setiap orang telah ditulis di antara kedua matanya.
7. Penetapan
dua Tangan bagi Allah dan Dia menggenggam keduanya, kapan Dia berkehendak dan
bagaimana Dia berkehendak tanpa takyif (bertanya bagaimana) dan ta'thil (mengingkari).
Tiada sesuatu pun yang menyerupai Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
8. Keutamaan
Nabiyullah Dawud dan besarnya iman yang dimilikinya dibuktikan
dengan kuatnya cahaya di antara kedua matanya.
9. Kemampuan
Adam berhitung. Dia menghitung tahun- tahun umurnya. Dia mengetahui umurnya
yang telah
berlalu dan
yang tersisa. Dia membantah Malaikat maut ketika hendak mencabut nyawanya
sebelum ajalnya sempurna.
10. Keterangan
tentang umur Adam. Dia hidup seribu tahun. Ini merupakan pelurusan terhadap
keterangan Taurat, yang disebutkan di dalam Ishah kelima buku
penciptaan bahwa umurnya adalah 930 tahun. Yang benar adalah yang
disebutkan oleh hadis. Hadis ini juga menjelaskan umur Dawud.
11. Tabiat
Adam dan anak cucunya adalah pengingkaran dan kelupaan.
12. Disyariatkannya
menulis dalam akad dan muamalat untuk mengantisipasi pengingkaran dan
sifat lupa manusia.
TAKHRIJ HADIS
Hadis ini
diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan-nya dalam Kitab Tafsir, bab
dari surat Al-A'raf, 4/267. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi, 3/52, no.
3282.
Hadis kedua
diriwayatkan oleh Tirmidzi di dalam Kitab Tafsir, bab dari surat
Muawwidzatain, 4/453. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi, 3/137, no. 3607.
4 Diriwayatkan oleh Bukhari, 3/11, no. 6277, 6/332, no. 3326. Diriwayatkan oleh Muslim, 4/2183, no. 2841.