KISAH KEDUA : KISAH KEMATIAN NABIYULLAH ADAM ‘Alayhi Salam
PENGANTAR
Kisah ini
memberitakan kepada kita tentang saat-saat terakhir kehidupan bapak kita Adam
dan keadaannya pada saat sakaratul maut. Para Malaikat memandikannya,
memberinya wangi-wangian, mengkafaninya, menggali kuburnya, menshalatkannya,
menguburkannya dan menimbunnya dengan tanah. Mereka melakukan itu untuk
memberikan pengajaran kepada anak cucu sesudahnya, tentang bagaimana cara
menangani orang mati.
NASH HADIS
Dari Uttiy bin
Dhamurah As-Sa'di berkata, "Aku melihat seorang Syaikh di Madinah sedang
berbicara. Lalu aku bertanya tentangnya." Mereka menjawab, "Itu
adalah Ubay bin Kaab." Ubay berkata, "Ketika maut datang menjemput
Adam, dia berkata kepada anak-anaknya, 'Wahai anak-anakku, aku ingin makan buah
Surga." Lalu anak-anaknya pergi mencari untuknya. Mereka disambut oleh
para Malaikat yang telah membawa kafan Adam dan wewangiannya. Mereka juga
membawa kapak, sekop, dan cangkul.
Para Malaikat
bertanya, "Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang
kalian mau? Dan ke mana kalian pergi?" Mereka menjawab, "Bapak kami
sakit, dia ingin makan buah dari Surga." Para Malaikat menjawab,
"Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba."
Lalu para
Malaikat datang. Hawa melihat dan mengenali mereka, maka dia berlindung kepada
Adam. Adam berkata kepada Hawa, "Menjauhlah dariku. Aku pernah melakukan
kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan Malaikat Tuhanku Tabaraka wa
Taala." Lalu para Malaikat mencabut nyawanya, memandikannya,
mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan kuburnya dengan membuat liang
lahat di kuburnya, menshalatinya. Mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam
di dalamnya, lalu mereka meletakkan bata di atasnya. Kemudian mereka keluar
dari kubur, mereka menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata, "Wahai
Bani Adam, ini adalah sunnah kalian."
PENJELASAN HADIS
Hadis ini
menceritakan berita bapak kita, Adam manakala maut datang menjemputnya -Adam
rindu buah Surga. Ini menunjukkan betapa cinta Adam kepada Surga dan
kerinduannya untuk kembali kepadanya. Bagaimana dia tidak rindu Surga, sementara
dia pernah tinggal di dalamnya, merasakan kenikmatan dan keenakannya untuk
beberapa saat.
Bisa jadi
keinginan Adam untuk makan buah Surga merupakan tanda dekatnya ajal. Sebagian
hadis menyatakan bahwa Adam mengetahui hitungan tahun- tahun umurnya. Dia
menghitung umurnya yang telah berlalu. Nampaknya dia mengetahui bahwa
tahun-tahun umurnya telah habis. Perpindahannya ke alam Akhirat telah dekat.
Dan tanpa ragu, Adam mengetahui bahwa anak-anaknya tidak mungkin memenuhi
permintaannya. Mana mungkin mereka bisa menembus Surga lalu memetik buahnya.
Anak-anak Adam juga menyadari hal itu. Akan tetapi, karena rasa bakti mereka
kepada bapak mereka, hal itulah yang mendorong mereka untuk berangkat mencari.
Belum jauh
anak-anak Adam meninggalkan bapaknya, mereka telah dihadang oleh beberapa
Malaikat yang menjelma dalam wujud orang laki-laki. Mereka telah membawa
perlengkapan untuk menyiapkan orang mati.
Para Malaikat
memperagakan apa yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap jenazah seperti
pada hari ini. Mereka membawa kafan, wewangian, juga membawa kapak, cangkul,
dan sekop yang lazim diperlukan untuk menggali kubur.
Ketika
anak-anak Adam menyampaikan tujuan mereka dan apa yang mereka cari, para
Malaikat meminta mereka untuk pulang kepada bapak mereka, karena bapak mereka
telah habis umurnya dan ditetapkan ajalnya.
Manakala para
Malaikat maut datang kepada Adam, Hawa mengenalinya sehingga dia berlindung
kepada Adam. Sepertinya Hawa hendak membujuk Adam agar memilih hidup di dunia,
karena para Rasul tidak diambil nyawanya sebelum mereka diberi pilihan (antara
kehidupan dunia dan Akhirat .pen) sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam kepada kita.
Adam tidak
menggubris dan menghardiknya dengan berkata, "Menjauhlah dariku, karena aku
pernah melakukan dosa karenamu." Adam mengisyaratkan rayuan Hawa untuk
makan pohon yang dilarang semasa keduanya berada di Surga.
Para Malaikat
mengambil ruh Adam. Mereka sendirilah yang mengurusi jenazahnya dan
menguburkannya, sementara anak-anak Adam melihat mereka. Para Malaikat itu
memandikannya, mengkafaninya, memberinya wangi-wangian, menggali kuburnya,
membuat liang lahat, menshalatinya, masuk ke kuburnya, meletakkannya di
dalamnya, lalu mereka menutupnya dengan bata. Kemudian mereka keluar dari kubur
dan menimbunkan tanah kepadanya. Para Malaikat mengajarkan semua itu kepada
anak-anak Adam. Mereka berkata, "Wahai Bani Adam, ini adalah
sunnah kalian." Yakni, cara yang Allah pilih untuk kalian dalam hal
mengurusi mayat kalian.
Cara ini
adalah syariat umum yang berlaku untuk seluruh Rasul dan semua orang beriman di
bumi ini, mulai sejak saat itu sampai sekarang. Dan cara apa pun yang
menyelisihinya berarti menyimpang dari petunjuk Allah, yang besar kecilnya
tergantung pada kadar penyimpangannya. Barang siapa melihat tuntunan kaum
muslimin dalam urusan jenazah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam, maka dia pasti melihat kesamaan antara hal itu dengan
perlakuan para Malaikat kepada Adam.
Sepanjang
sejarah, petunjuk ini telah banyak diselisihi oleh sebagian besar umat manusia.
Ada yang membakar orang mati. Ada yang membangun bangunan-bangunan megah,
seperti piramid, untuk mengubur orang mati dengan meletakkan makanan, minuman,
mutiara dan perhiasan bersamanya. Ada yang meletakkan mayit di kotak batu atau
kayu. Semua itu menuntut biaya yang mahal dan hanya membuang-buang energi untuk
sesuatu yang tidak berguna. Dan yang paling utama, semua itu telah menyelisihi
petunjuk yang Allah syariatkan kepada mayit Bani Adam.
PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Disyariatkan menyiapkan mayit dan
menguburkannya seperti disebutkan di dalam hadis.
2. Sunnah terhadap mayit adalah
petunjuk semua Rasul dalam setiap syariat mereka.
3. Pengajaran Malaikat kepada anak-anak
Adam tentang sunnah ini dengan ucapan dan perbuatan.
4. Semua cara menangani mayit selain
cara yang disebutkan di dalam hadis di atas adalah penyimpangan dari manhaj dan
petunjuk Allah.
5. Keutamaan bapak kita Adam, di mana
para Malaikat mengurusi jenazahnya, menshalatkannya dan menguburkannya.
6. Kemampuan para Malaikat untuk
menjelma menjadi manusia dan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia.
7. Sudah munculnya beberapa peralatann
sejak zaman manusia pertama, seperti kapak, cangkul dan sekop.
8. Seseorang harus berhati-hati
terhadap istrinya yang bisa menjadi penyebab penyimpangannya. Adam memakan buah
karena hasutan Hawa. Dan Allah telah meminta kita agar berhati-hati terhadap
sebagian istri dan anak-anak kita, "Sesungguhnya di antara istri-istrimu
dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap
mereka." (QS. At-Thaghabun: 14)
TAKHRIJ HADIS
Hadis ini
diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam Zawaidul Musnad, 5/136.
Ibnu Katsir
setelah menyebutkan hadis ini berkata, "Sanadnya shahih kepadanya."
(Yakni kepada Ubay bin Kaab). Al-Bidayah wan Nihayah, 1/98.
Al-Haitsami
berkata, "Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad. Rawi-rawinya adalah
rawi-rawi hadis shahih, kecuali Uttiy bin Dhamurah. Dia adalah rawi
tsiqah." Majmauz Zawaid, 8/199.

0 Comments: