AKAL- AKALAN KIYAI BISRI MUSTOFA!!
Suatu saat terjadi perbedaan pandangan yang meruncing
diantara dua pimpinan Islam, antara Kiai Idham Chalid dengan Pak Subhan ZE,
sehingga membuat para sesepuh prihatin. Mbah Kiai Ma’shum Lasem pun memanggil
Kiai Bisri Mustofa Rembang.
“Sri (Bisri), mbok Sampeyan bikin ikhtiar untuk merukunkan
Idham sama Subhan!” perintahnya Mbah Ma'shum.
Kiai Bisri garuk-garuk kepala. Ia memahami keprihatinan para
sesepuh. Di sisi lain, ia sendiri punya dugaan bahwa mungkin saja
“perselisihan” di antara dua pemimpin itu disengaja, paling tidak diperlukan.
Kenapa?
Indonesia dan NU/ Ummat Islam saat itu sedang dalam
masa-masa genting peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Ada harapan-harapan,
tapi tak ada yang bisa memastikan apa yang akan dilakukan oleh Soeharto, si
penguasa baru.
Di depan mata hanya ada pilihan-pilihan sulit. Oleh
karenanya, “perselisihan” di antara kedua pemimpin itu ibarat “menyediakan
sekoci di tengah badai”.
Kiai Bisri merasa, tidak mudah menjelaskan pikirannya
"High Politic" itu kepada seorang kiyai sepuh seperti Mbah Ma’shum,
sedangkan ia terlalu takdzim kepada beliau. Maka ia berusaha mengelak:
“Panjenengan (tuan) yang sepuh kan lebih berwibawa, ‘Yai.”
“Nggak bisa! Ini soal rumit. Harus pakai akal-akalan.
Sampeyan (anda) kan banyak akal!” Mbah
Ma’shum memaksa.
Tak berkutik, Kiai Bisri pun mematuhi perintah Mbah Ma’shum,
yakni merancang akal-akalan, agar kedua tokoh tersebut bisa cair kembali
hubungannya.
Kiai Bisri kemudian segera beli satu peti Green Spot
(soft-drink yang populer waktu itu) dan satu peti Sirup Kawis (sirup khas
produk Rembang).
Ia suruh santri mengantarkan satu peti Green Spot kepada Pak
Subhan ZE dengan pesan: “Dari Kiai Idham Chalid, mohon tanda terima”.
Pada saat yang sama, santri lain disuruh mengantarkan satu
peti limun Kawis kepada Pak Idham dengan pesan: “Dari Pak Subhan ZE, mohon
tanda terima”.
Maka diperolehlah dua lembar tanda terima:
1. “Telah terima satu peti Green Spot dari KH Idham Khalid.
Terimakasih sebesar-besarnya. Ttd: Subhan ZE”
2. “Telah terima satu peti limun Kawis dari Saudara Subhan
ZE. Jazaakumullah. Ttd: Idham Chalid”.
Kiai Bisri menghaturkan kedua lembar tanda terima itu ke
hadapan Mbah Ma’shum.
“Sudah bisa rukun, Yai”, ia melapor, “lha ini sudah saling
kirim-kiriman…”
Mbah Ma’shum sumringah (gembira).

0 Comments: