Pemanfaatan Aplikasi Sebagai Upaya Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19 Dusun rangpanasan desa meteng
Farizal Rahman1, Masdukil Makruf2
12Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Islam Madura
Email : farizalrahman62@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pemanfaatan aplikasi sebagai pembelajaran online di MA Bahrul Ulum sebagai upaya menekan penyebaran covid-19 di lingkungan Sekolah. Subjek penelitian adalah siswa MA Bahrul Ulum. Data dikumpulkan dengan wawancara melalui telepon. Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis interaktif Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) siswa telah memiliki fasilitas-fasilitas dasar yang dibutuhkan untuk mengikuti pembelajaran online; (2) pembelajaran online memiliki fleksibilitas dalam pelaksanaannya dan mampu mendorong munculnya kemandirian belajar dan motivasi untuk lebih aktif dalam belajar; dan (3) pembelajaran jarak jauh mendorong munculnya perilaku social distancing dan meminimalisir munculnya keramaian siswa sehingga dianggap dapat mengurangi potensi penyebaran Covid-19 di lingkungan Sekolah.
Kata Kunci: Pembelajaran online, Covid-19, Social distancing
1. PENDAHULUAN
Sejak merebaknya pandemi yang disebabkan oleh virus Corona di Indonesia, banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebarannya. Salah satunya adalah melalui surat edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi No 1 tahun 2020 tentang pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di perguruan tinggi. Melalui surat edaran teresebut pihak Kemendikbud memberikan instruksi kepada perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dan menyarankan siswa untuk belajar dari rumah masing-masing.
Banyak perguruan tinggi dengan sigap menanggapi instruksi tersebut, salah satunya Universitas Indonesia yang menerbitkan surat edaran tentang kewaspadaan dan pencegahan penyebaran infeksi Covid-19 di lingkungan UI. Di dalam surat tersebut dimuat 10 poin yang salah satunya berupa himbauan untuk mengubah pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh (Yandwiputra, 2020). Setidaknya terdapat 65 perguruan tinggi di Indonsesia yang menyelenggarakan pembelajaran dari rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19 (CNNIndonesia, 2020).
Sebagai usaha pencegahan penyebaran Covid-19, WHO merekomendasikan untuk menghentikan sementara kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa. Untuk itu pembelajaran konvensional yang mengumpulkan banyak siswa dalam satu ruangan perlu ditinjau ulang pelaksanaannya. Pembelajaran harus dilaksanakan dengan skenario yang mampu meminimalisir kontak fisik antara siswa dengan siswa lain, ataupun antara siswa dengan guru. Menurut Milman (2015) penggunaan teknologi digital memungkinkan siswa dan guru berada di tempat yang berbeda selama proses pembelajaran.
Salah satu bentuk pembelajaran alternatif yang dapat dilaksasnakan selama masa darurat
Covid-19 adalah pembelajaran secara online. Menurut Moore, Dickson-Deane, & Galyen (2011) Pembelajaran online merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Penelitian yang dikakukan oleh Zhang et al., (2004) menunjukkan bahwa penggunaan internet dan teknologi multimedia mampu merombak cara penyampaian pengetahuan dan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas tradisional.
Pembelajaran online pada pelaksanaannya membutuhkan dukungan perangkat-perangkat mobile seperti telepon pintar, tablet dan laptop yang dapat digunakan untuk mengakses informasi dimana saja dan kapan saja (Gikas & Grant, 2013). Penggunaan teknologi mobile memiliki kontribusi besar di dunia pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh (Korucu & Alkan, 2011). Berbagai media juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara online. Misalnya kelas-kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom, Edmodo, dan Schoology (Enriquez, 2014; Sicat, 2015; Iftakhar, 2016), dan applikasi pesan instan seperti WhatsApp (So, 2016). Pembelajaran secara online bahkan dapat dilakukan melalui media social seperti Facebook dan Instagram (Kumar & Nanda, 2018).
2. METODE PENGABDIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pembelajaran online yang dilaksanakan di MA Bahrul Ulum sebagai usaha untuk menekan penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.
Menjelaskan bagaimana persiapan yang dilakukan terhadap mitra/obyek program sebelum program utama dilaksanakan. Hal ini menggambarkan pengkondisian atau penataan dan proses pemahaman program oleh mitra. Perlu dijelaskan persiapan peralatan, sarana-prasarana pendukung untuk pelaksanaan program. Menggambarkan strategi pelaksanaan program secara tahap demi tahap berdasarkan prioritas program.
Pembelajaran online yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan media-media pembelajaran yang dapat diakeses menggunakan layanan internet. Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu mengadakan survey kepada siswa mengenai penerapan pembelajaran online.
Survey dilaksanakan menggunakan google form yang tautannya disebarkan melalui applikasi WhatsApp. Terdapat 15 siswa yang memberikan tanggapan terhadap survey yang dilakukan. Hasil survey kemudian dikelompokkan kedalam tiga kategori respon mahasiswa: (1) Setuju dengan penerapan pembelajaran online; (2) Tidak setuju dengan penerapan pembelajaran online; (3) Ragu dengan pelaksanaan pembelajaran online.
Subjek penelitian adalah siswa MA Bahrul Ulum yang aktif mengikuti pembelajaran online, dan dipilih berdasarkan kategori respon siswa yang didapatkan dari hasil survey. Terdapat total 10 subjek, 4 siswa kelas XII, 3 siswa kelas XI, dan 3 siswa kelas X, 6 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 4 perempuan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara via telpon. Aspek-aspek yang ditanyakan selama wawancara adalah: (1) Fasilitas yang dimiliki siswa untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran online; (2) Tanggapan siswa mengenai efektivitas pembelajaran online; (3) Penerapan pembelajaran online dalam menekan penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.
Analisis data penelitian dilakukan menggunakan model analisis Miles & Huberman (1994) yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu reduksi data, display data, serta penarikan dan verifikasi kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a) siswa memiliki fasilitas yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran online
Meningkatnya pengguna internet di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pada tahun 2018 sebanyak 62,41% penduduk Indonesia telah memiliki telepon selular dan 20,05% rumah tangga yang memiliki komputer (BPS, 2019). Data ini sangat relevan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa meskipun ada siswa yang belum memiliki laptop, tapi hampir semua siswa MA Bahrul Ulum telah memiliki telepon pintar. Hasil survey yang dilaksanakan pada awal penelitian menunjukkan bahwa dari total 15 responden, 2 menyatakan memiliki laptop dan telepon pintar, sementara 13 sisanya menyatakan hanya memiliki telepon pintar.
Banyak penelitian yang menyelidiki penggunaan gawai seperti laptop dan telepon pintar dalam pembelajaran. Kemampuan laptop dan telepon pintar untuk mengakses internet memungkinkan siswa untuk mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk konferensi video maupun yang dilaksanakan dalam kelas-kelas virtual menggunakan layanan applikasi-applikasi pembelajaran yang tersedia secara online (Kay & Lauricella, 2011; Gikas & Grant, 2013; Chan, Walker, & Gleaves, 2015; Gökçearslan, Mumcu, Haşlaman, & Çevik, 2016). Dimensi laptop dan telepon pintar yang ergonomis memberikan jaminan mobilitas yang memungkinkan siswa untuk mengikuti pembelajaran dari mana saja. Fitur penyimpanan yang ditawarkan oleh laptop dan telepon pintar juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menyimpan bahan ajar yang diberikan oleh Guru sehingga mereka dapat mengakses ulang bahan ajar tersebut sewaktu-waktu.
Sayangnya pembelajaran online juga memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya adalah ketersediaan layanan internet. Data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengakses internet menggunakan layanan selular, sementara sebagian kecilnya menggnakan layanan WiFi. Menurut data BPS (2019) per tahun 2018 terdapat 66,13% wilayah pulau Madura dengan layanan seluler dengan kekuatan penerimaan sinyal kuat, 27,22% wilayah dengan kekuatan penerimaan sinyal lemah, dan 6,64% wilayah yang masih belum dijangkau layanan seluler. Pada saat kebijakan belajar dari rumah untuk menekan penyebaran Covid-19 diberlakukan di MA Bahrul Ulum, banyak siswa yang memilih untuk keluar rumah. Mereka mengaku kesulitan untuk mengikuti pembelajaran secara online karena tidak semua wilayah kampung mereka mendapatkan sinyal seluler, jikapun ada, sinyal yang didapat sangat lemah. Hal ini membuat siswa terkadang terlambat mendapatkan informasi pembelajaran dan mengumpulkan tugas sekolah.
Selain ketersediaan layanan internet, tantangan lain yang harus dihadapi adalah kendala biaya. siswa menyatakan bahwa untuk mengikuti pembelajaran secara online, mereka harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli kuota data internet. Menurut siswa, pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk konferensi video menghabiskan kuota yang sangat banyak, sementara diskusi online melalui applikasi pesan instan tidak membutuhkan banyak kuota. Dikutip dari CNNIndonesia (2020) konsumsi data untuk video konferensi menggunakan applikasi Zoom dengan kualitas video 720p selama satu jam menghabiskan data sebesar 540 MB. Hasil survey peneliti di beberapa situs resmi provider seluler menunjukkan harga kuota data sebesar 1 GB berkisar antara Rp. 20.000 hingga Rp. 50.000. Jika diasumsikan bahwa rata-rata siswa memprogramkan 8 mata pelajaran tiap semester dan masing-masing mata pelajaran melaksanakan Pembelajaran online menggunakan aplikasi konferensi video selama satu jam setiap minggu, maka siswa harus menghabiskan dana antara Rp.80.000 hingga Rp. 200.000 per minggu, tergantung provider seluler yang digunakan.
Walaupun penggunaan gawai dapat menunjang proses pembelajaran online, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, termasuk kemungkinan adanya dampak negatif penyalahgunaan dan penggunaan gawai yang berlebihan. siswa mengakui bahwa selain untuk pembelajaran, mereka juga menggunakan telepon pintar untuk mengakses media sosial. Lau (2017) menyatakan bahwa media sosial telah memasuki kehidupan golongan dewasa muda. siswa menggunakan media sosial untuk mengekspresikan diri, opini dan membangun hubungan pertemanan (Kim, Wang, & Oh, 2016). Sayangnya, beberpa penelitian terbaru menunjukkan adanya indikasi kecanduan gadget akibat penggunaan gadget berlebihan (Waslh, White & Young, 2007). Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan efek negatif penggunaan gadget dan media sosial seperti kemungkinan terpapar informasi yang salah dan tidak perhatian selama belajar akibat bermain media sosial (Siddiqui & Singh, 2016). Selain itu, orang yang kecanduan gadget cenderung memiliki masalah sosial dan akademik (Kwon et al., 2013).
b) Efektivitas Pembelajaran Online
Pembelajaran online yang diberlakukan di MA Bahrul Ulum sebagai usaha untuk menekan penyebaran Covid-19 dilaksanakan menggunakan aplikasi pembelajaran serta layanan-layanan kelas virtual yang dapat diakses melalui web menggunakan jaringan internet. Secara umum, siswa merasa puas mengenai fleksibilitas pelaksanaan pembelajaran. siswa tidak tertekan oleh waktu karena mereka dapat mengatur sendiri jadwal dan tempat dimana mereka ingin mengikuti pembelajaran. Melalui pembelajaran secara online, Guru memberikan sekolah melalui kelas-kelas virtual yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun. Hal ini membuat siswa dapat secara bebas memilih mana mata palajar yang diikuti dan tugas yang harus dikerjakan lebih dahulu. Hasil penelitian Sun et al., (2008) menunjukkan bahwa fleksibilitas waktu, lokasi, dan metode pembelajaran online mempengaruhi kepuasan siswa terhadap pembelajaran.
Terdapat satu temuan menarik dalam penelitian ini. siswa merasa lebih nyaman untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dalam forum pembelajaran yang dilaksanakan secara online. Belajar dari rumah membuat mereka tidak merasakan tekanan sebaya yang biasa mereka rasakan ketika belajar bersama teman di dalam sekolah yang dilakasanakan secara tatap muka. Ketidak hadiran guru secara fisik juga membuat mereka tidak merasa canggung dalam mengemukakan pendapat. Menurut Sun et al., (2008) ketiadaaan penghambat fisik serta batasan ruang dan waktu membuat siswa lebih mudah dalam berkomunikasi. Selain itu pembelajaran secara online menghilangkan perasaan canggung sehingga siswa dapat mengekpresikan fikirannya dan bertanya secara bebas.
Pembelajaran jarak jauh secara online juga mampu menumbuhkan kemandirian belajar siswa. Belajar tanpa bimbingan langsung dari guru membuat siswa secara mandiri mencari informasi mengenai materi pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Beberapa aktivitas yang dilakukan adalah membaca buku referensi, artikel online, jurnal-jurnal ilmiah, atau berdiskusi dengan rekan sebaya melalui applikasi-applikasi pesan instan. Kuo et al., (2014) menyatakan bahwa pembelajaran secara online lebih bersifat student centered sehingga mampu memunculkan tanggung jawab dan otonomi siswa dalam belajar. Belajar online menuntut siswa untuk mempersiapkan sendiri pembelajarannya, mengatur dan mengevaluasi serta secara simultan mempertahankan motivasi belajarnya (Sun, 2014).
Pembelajaran yang dilaksanakan secara online juga memiliki tantangan tersendiri. Lokasi guru dan siswa yang terpisah saat melaksanakan pembelajaran membuat guru tidak bisa memantau secara langsung aktivitas mahasiswa selama proses perkuliahan. Tidak ada jaminan bahwa siswa benar-benar memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Szpunar, Moulton, & Schacter, (2013) menyatakan bahwa siswa menghayal lebih sering pada sekolah online dibandingkan dengan sekolah tatap muka. Untuk itu Khan (2012) menyarankan bahwa pembelajaran online harus dilaksanakan dalam waktu yang tidak lama karena siswa kesulitan mempertahankan konsentrasi jika perkuliahan secara online dilaksanakan lebih dari satu jam.
Data penelitian juga menunjukkan bahwa banyak siswa yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang diberikan secara online. Materi yang kebanyakan berupa bahan bacaan tidak bisa dipahami secara menyeluruh oleh siswa. siswa beranggapan bahwa mambaca materi dan mengerjakan tugas saja tidak cukup, mereka membutuhkan penjelasan langsung secara verbal dari guru mengenai beberapa materi yang sifatnya kompleks. Komunikasi dengan guru melalui applikasi pesan instan ataupun pada kolom diskusi yang disediakan oleh applikasi kelas-kelas virtual tidak mampu memberikan penjelasan menyeluruh mengenai materi yang sedang dibahas. Garrison & Cleveland-Innes (2005) melakukan penelitian dengan merekayasa keterlibatan guru dalam perkuliahan secara online. Pada kelas dimana keterlibatan gurunya sangat sedikit, tidak menunjukkan adanya pembelajaran yang mendalam dan bermakna. Interaksi dengan guru menjadi sangat penting dalam pembelajaran online karena mampu mengurangi jarak psikologis yang pada gilirannya akan menuntun pada pembelajaran yang lebih baik (Swan, 2002).
c) Pembelajaran Online Menekan Penyebaran Covid-19 di Sekolah
Covid-19 merupakan penyakit dengan tingkat penyebaran yang tergolong cepat. Penyakit ini disebabkan oleh virus Corona yang secara khusus menyerang sistem pernafasan manusia (Rothan & Byrareddy, 2020). Pengendalian penyakit menular dapat dilakukan dengan meminimalisir kontak antara orang yang terinfeksi dengan orang-orang yang rentan ditulari (Caley, Philp, & McCracken, 2008). Menjaga jarak untuk mengurangi kontak fisik yang berpotensi menularkan penyakit dikenal dengan istilah social distancing (Bell et al., 2006).
Sebagai usaha untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di lingkungan Sekolah, MA bahrul Ulum membuat kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah. Pembelajaran ini dilakukan menggunakan internet sehingga memungkinkan guru dan siswa untuk berada di tempat yang berbeda selama proses pembelajaran. guru dapat membuat materi ajar yang dapat diakses oleh siswa secara online dari mana saja dan kapan saja. Menurut Bell et al., (2017) pembelajaran yang dilaksankan menggunakan teknologi internet memungkinkan adanya interaksi melalui web, dimana guru dan siswa berada di tempat yang benar-benar terpisah (Arzayeva, et al., 2015). Lokasi siswa dan guru yang terpisah selama pembelajaran meminimalisir kemungkinan terjadinya kontak fisik sehingga pada gilirannya mampu mendorong munculnya perilaku social distancing. Menurut Stein (2020) melaksanakan social distancing dianggap sebagai sebuah tindakan yang perlu guna menekan penyebaran Covid-19.
Penerapan pembelajaran online memungkinkan siswa untuk mengikuti sekolah dari rumah masing-masing. Mereka dapat mengakses bahan ajar dan mengirimkan tugas yang diberikan oleh guru tanpa harus datang ke Sekolah. Hal ini dapat mengurangi potensi munculnya kerumunan di Sekolah seperti yang mungkin terjadi jika pembelajaran secara tatap muka di dalam kelas tetap dilaksanakan. WHO (2020) mengemukakan bahwa membatasi perkumpulan massa dapat mengurangi potensi penyebaran Covid-19.
Sayangnya, di daerah-daerah yang tidak memiliki konektivitas jaringan internet yang baik, pembelajaran online menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Untuk dapat mengikuti pembelajaran online, siswa yang tinggal di wilayah yang tidak dijangkau jaringan internet harus menuju area-area tertentu seperti perbukitan atau pusat kecamatan dimana jaringan internet tersedia. Hal ini akan menimbulkan potensi keramaian dan justru memunculkan kemungkinan penyebaran Covid-19 di wilayah tersebut.
4. SIMPULAN DAN SARAN
Sebagai usaha untuk menekan penyebaran Covid-19 di lingkungan Sekolah, maka MA Bahrul Ulum melaksanakan pembelajaran online sebagai alternatif pembelajaran konvensional. Melalui penelitian ini kita dapat melihat bahwa secara umum siswa telah memiliki fasilitas-fasilitas dasar yang dibutuhkan untuk mengikuti pembelajaran online. Meski demikian, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, termasuk didalamnya ketersediaan layanan internet dan biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh siswa.
Pembelajaran online mendapat tanggapan yang sangat baik dari siswa terutama mengenai fleksibilitas pelaksanaannya. Metode pembelajaran ini juga mampu memicu munculnya kemandirian belajar dan mendorong siswa untuk lebih aktif dalam sekolah. Sayangnya, interaksi dalam pembelajaran online memiliki batasan sehingga tidak memungkinkan guru untuk memantau secara langsung aktivitas siswa selama pembelajaran. siswa juga kesulitan memahami bahan ajar yang disampaiakan secara online. Komunikasi antara guru dengan siswa yang terbatas melalui aplikasi pesan instan ataupun melalui kelas-kelas virtual dirasa tidak cukup oleh siswa.
Pelaksanaan pembelajaran online memungkinkan siswa untuk mengikuti perkuliahan dari rumah masing-masing. Hal ini mendorong munculnya perilaku social distancing dan meminimalisir kemungkinan munculnya kerumunan siswa di Sekolah. Dua hal ini merupakan langkah-langkah yang direkomendasikan WHO dalam menekan penyebaran Covid19. Meski demikian, pembelajaran online di daerah-daerah yang tidak dijangkau jaringan internet harus diawasi karena berpotensi memunculkan kerumunan di area-area tertentu yang justru meningkatkan kemungkinan penyebaran Covid-19.
5. DAFTAR PUSTAKA
Arzayeva, M., Rakhimzhanov, K., Abdrahmanova, A., & Umitkaliev, U. (2015). Special aspects of distance learning in educational system. Anthropologist, 22(3), 449–454.
https://doi.org/10.1080/09720073.2015.11891900
Bell, D., Nicoll, A., Fukuda, K., Horby, P., Monto, A., Hayden, F., … Van Tam, J. (2006). Nonpharmaceutical interventions for pandemic influenza, national and community measures. Emerging Infectious Diseases. https://doi.org/10.3201/eid1201.051371 .
Bell, S., Douce, C., Caeiro, S., Teixeira, A., Martín-Aranda, R., & Otto, D. (2017).
Sustainability and distance learning: a diverse European experience? Open Learning, 32(2), 95–102. https://doi.org/10.1080/02680513.2017.1319638 .
Caley, P., Philp, D. J., & McCracken, K. (2008). Quantifying social distancing arising from pandemic influenza. Journal of the Royal Society Interface. https://doi.org/10.1098/rsif.2007.1197 .
Chan, N. N., Walker, C., & Gleaves, A. (2015). An exploration of students’ lived experiences of using smartphones in diverse learning contexts using a hermeneutic phenomenological approach. Computers and Education. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2014.11.001
CNNIndonesia. (n.d.-a). 4 Aplikasi Video Conference yang Irit dan Boros Data. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200330191529-185-488422/4-aplikasivideo-conference-yang-irit-dan-boros-data
CNNIndonesia. (n.d.-b). 65 Kampus Kuliah dari Rumah, Sultan Yogya Ragukan Efektivitas.
Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200316110707-20483756/65-kampus-kuliah-dari-rumah-sultan-yogya-ragukan-efektivitas
Enriquez, M. A. S. (2014). Students ’ Perceptions on the Effectiveness of the Use of Edmodo as a Supplementary Tool for Learning. DLSU Research Congress. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 .
Garrison, D. R., & Cleveland-Innes, M. (2005). in Online Learning : Interaction Is Not Enough. American Journal of Distance Education. https://doi.org/10.1207/s15389286ajde1903.
Gikas, J., & Grant, M. M. (2013). Mobile computing devices in higher education: Student perspectives on learning with cellphones, smartphones & social media. Internet and Higher Education. https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2013.06.002.
Gökçearslan, Ş., Mumcu, F. K., Haşlaman, T., & Çevik, Y. D. (2016). Modelling smartphone addiction: The role of smartphone usage, self-regulation, general self-efficacy and cyberloafing in university students. Computers in Human Behavior. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.05.091
Iftakhar, S. (2016). GOOGLE CLASSROOM: WHAT WORKS AND HOW? Journal of
Education and Social Sciences.
Kay, R. H., & Lauricella, S. (2011). Exploring the Benefits and Challenges of Using Laptop Computers in Higher Education Classrooms: A Formative Analysis. Canadian Journal of Learning and Technology / La Revue Canadienne de l’apprentissage et de La Technologie.
https://doi.org/10.21432/t2s598
Kim, Y., Wang, Y., & Oh, J. (2016). Digital Media Use and Social Engagement: How Social Media and Smartphone Use Influence Social Activities of College Students.
Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking. https://doi.org/10.1089/cyber.2015.0408
Korucu, A. T., & Alkan, A. (2011). Differences between m-learning (mobile learning) and elearning, basic terminology and usage of m-learning in education. Procedia - Social and Behavioral Sciences. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.029
Kumar, V., & Nanda, P. (2018). Social Media in Higher Education. International Journal of
Information and Communication Technology Education. https://doi.org/10.4018/ijicte.2019010107
Kuo, Y. C., Walker, A. E., Schroder, K. E. E., & Belland, B. R. (2014). Interaction, Internet self-efficacy, and self-regulated learning as predictors of student satisfaction in online education courses. Internet and Higher Education. https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2013.10.001
Kwon, M., Lee, J. Y., Won, W. Y., Park, J. W., Min, J. A., Hahn, C., … Kim, D. J. (2013). Development and Validation of a Smartphone Addiction Scale (SAS). PLoS ONE.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0056936
Lau, W. W. F. (2017). Effects of social media usage and social media multitasking on the academic performance of university students. Computers in Human Behavior. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.11.043
Miles, M. B., & Huberman, M. (1994). Qualitative Data Analysis Second Edition. SAGE Publications.
Milman, N. B. (2015). Distance Education. In International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences: Second Edition. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-
8.92001-4
Moore, J. L., Dickson-Deane, C., & Galyen, K. (2011). E-Learning, online learning, and distance learning environments: Are they the same? Internet and Higher Education.
https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2010.10.001
Rothan, H. A., & Byrareddy, S. N. (2020). The epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease (COVID-19) outbreak. Journal of Autoimmunity. https://doi.org/10.1016/j.jaut.2020.102433
Salman Khan. (2012). The One World Schoolhouse. In Hachette Book Group. https://doi.org/10.1111/edth.12072
Sicat, A. S. (2015). Enhancing College Students’ Proficiency in Business Writing Via Schoology. International Journal of Education and Research.
Siddiqui, S., & Singh, T. (2016). Social Media its Impact with Positive and Negative Aspects. International Journal of Computer Applications Technology and Research. https://doi.org/10.7753/ijcatr0502.1006
So, S. (2016). Mobile instant messaging support for teaching and learning in higher education. Internet and Higher Education. https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2016.06.001
Stein, R. (2020). COVID‐19 and Rationally Layered Social Distancing . International Journal of Clinical Practice. https://doi.org/10.1111/ijcp.13501
Sun, P. C., Tsai, R. J., Finger, G., Chen, Y. Y., & Yeh, D. (2008). What drives a successful eLearning? An empirical investigation of the critical factors influencing learner satisfaction. Computers and Education. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2006.11.007
Sun, S. Y. H. (2014). Learner perspectives on fully online language learning. Distance Education. https://doi.org/10.1080/01587919.2014.891428
Swan, K. (2002). Building Learning Communities in Online Courses: the importance of interaction. Education, Communication & Information. https://doi.org/10.1080/1463631022000005016
Szpunar, K. K., Moulton, S. T., & Schacter, D. L. (2013). Mind wandering and education: From the classroom to online learning. Frontiers in Psychology. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2013.00495
WHO. (n.d.). Points of entry and mass gatherings. Retrieved March 28, 2020, from https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technicalguidance/points-of-entry-and-mass-gatherings
Yandwiputra, A. R. (n.d.). Kuliah Jarak Jauh karena Virus Corona, UI: Bukan Lockdown. Retrieved from https://metro.tempo.co/read/1319537/kuliah-jarak-jauh-karena-viruscorona-ui-bukan-lockdown
Zhang, D., Zhao, J. L., Zhou, L., & Nunamaker, J. F. (2004). Can e-learning replace classroom learning? Communications of the ACM. https://doi.org/10.1145/986213.986216

0 Comments: