Covid Melonjak, NU-Muhammadiyah Ajak Masyarakat Sholat di Rumah
Pengurus Besar Santri Semesta-Nahdlatul Ulama (PBNU) dan
pimpinan pusat Muhammadiyah mengimbau umat Islam untuk menghindari aktivitas di
tempat ibadah seperti masjid dan mushola ketika dampak penyebaran virus corona
(Covid-19) melonjak.
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini mengimbau umat Islam untuk
beribadah di rumah guna menekan penyebaran Covid-19.
"Mari kita tunda dan hindari acara-acara besar-besaran,
berkumpul dan berkumpul. Demi keselamatan bersama, semua kegiatan keagamaan
bisa dilakukan di rumah," kata Hermi dalam keterangan resmi, Jumat (18/6).
Helmy juga mewajibkan seluruh warga negara Indonesia,
khususnya warga NU, untuk selalu mematuhi himbauan dan himbauan pemerintah.
Termasuk mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan selama pandemi Covid-19.
Ia juga mendorong para pemuka agama untuk berperan aktif dan
menjadi teladan dalam mensosialisasikan dan mengamalkan prosedur kebersihan
untuk menghindari wabah Covid-19.
“Kami juga mewajibkan pengurus Nahdlatul Ulama dari daerah
hingga cabang untuk berperan aktif dalam sosialisasi kesepakatan dan himbauan
pemerintah melalui fasilitas yang mereka miliki. Antara lain speaker, toa,
media sosial, dll,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua PP Muhammadiyah Damang Kahmad juga
mengimbau masyarakat di wilayah merah penularan corona agar menghindari
keramaian, termasuk tempat ibadah.
Himbauan tersebut sejalan dengan imbauan Menteri Agama agar
seluruh kegiatan keagamaan di kapel yang berada di kawasan zona merah
dihentikan sementara hingga kawasan tersebut dinyatakan bebas virus corona.
"Demikian juga di zona merah, sambil menghindari
keramaian, termasuk tempat ibadah," kata Dawei kepada CNNIndonesia.com
beberapa waktu lalu.
Dadang menilai lonjakan Covid-19 belakangan ini disebabkan
kelalaian semua pihak. Pasalnya, protokol kesehatan yang seharusnya dipatuhi
mulai diabaikan.
Kemudian, ia meminta semua pihak untuk tidak selalu
menggunakan rangsangan di pusat perbelanjaan, pasar, tempat rekreasi dan tempat
ibadah.
"Ini sangat mengkhawatirkan. Karena kelalaian kami,
kami semua mengabaikan lelucon ini," katanya.
Pokja Penanganan Covid-19 menyatakan lonjakan kasus pasca
libur Libanon 2021 lebih tinggi dibandingkan Idul Fitri tahun lalu.
Pada minggu keempat setelah Idul Fitri tahun 2020, jumlah
kasus meningkat sebesar 93,11%, dan tahun ini meningkat menjadi 112,22%.

0 Comments: