Penipuan vaksin Pfizer dan Moderna menggunakan aplikasi komputer
Santri Semesta - Informasi tentang vaksin masih
sering terjadi di media sosial. Misalnya, hoaks terkait bahan baku yang
digunakan Pfizer dan Moderna untuk memproduksi vaksin. Ia mengatakan, bahan
vaksin yang digunakan kedua perusahaan tersebut bukanlah virus, melainkan
aplikasi komputer.
“Informasi tentang paksin ini sangat sedikit yang diberikan
kepada publik, bahkan akan dikenakan pengawasan yang sangat ketat. Kopit
dikatakan disebabkan oleh infeksi turquoise sars cov2, sedangkan paksin kopit
menggunakan adenovirus. Bahkan, teknologi paksin mRNA (Pfizer) Dan Moderna)
bukan menggunakan virus, melainkan aplikasi komputer.” Demikian informasi yang
diunggah akun Facebook Hakim Waluyo pada 20 Juni 2021.
Postingan itu juga mengklaim bahwa tidak ada vaksin
berdasarkan virus SARS-CoV-2. Kemudian, vaksin berbasis adenovirus yang
digunakan untuk memicu antibodi terhadap SARS-CoV-2 adalah scam / penipuan (bit.ly/3dopi7D).
Sayangnya, klaim ini tidak didasarkan pada fakta yang sulit.
Apalagi sering diberitakan ada vaksin dari virus itu sendiri, yaitu Kexing.
Vaksin menggunakan platform virus yang tidak aktif atau virus lengkap yang
telah dibunuh. Uji klinis vaksin Xenoshine juga telah dilakukan. Tepatnya di Bandung,
Jawa Barat. Menurut BPOM, rekor efikasi berdasarkan analisis sementara uji
klinis Bandung adalah 65,3%.
Baca Juga : MUI mengimbau umat Islam di zona merah untuktidak sholat Idul Fitri berjamaah di masjid atau tempat terbuka
Jadi, apakah vaksin yang menerapkan metode mRNA seperti
Pfizer dan Moderna benar-benar aplikasi komputer? Saat melacak, Pfizer dan
Moderna tidak mengandung adenovirus atau virus yang tidak aktif. Ini adalah
formula genetik yang menghasilkan protein lonjakan virus. Oleh karena itu, sel
dapat menggunakannya untuk membuat protein. Anda dapat mempelajari cara kerja
messenger RNA (mRNA) di bit.ly/3gWUoFw.
Situs resmi pfizer.com tidak menyebutkan bahwa vaksin mereka
menggunakan sistem aplikasi komputer. Vaksin Moderna dalam situs resminya juga
tidak menyebutkan aplikasi komputer.
Terkait dengan pria bernama Peter McCullough di capture yang
diunggah akun Facebook Hakim Waluyo, situs pencari fakta factcheck.afp.com
pernah mengulasnya pada 10 April 2021. Pria tersebut merupakan ahli jantung
asal Amerika Serikat. Dia pernah menyebar klaim palsu tentang vaksin Covid-19.
Dalam capture itu, Peter McCullough menyebutkan bahwa vaksin telah membunuh 50
ribu warga Amerika.
Klaim itu jauh berbeda dengan data yang pernah diunggah
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat. Mengutip
portal usatoday.com, per April 2021 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
AS melaporkan 7.157 kasus Covid-19 di antara orang yang sudah mendapat vaksin
lengkap. Anda dapat membacanya di bit.ly/3gY1olo.
0 Comments: