Rabu, 03 Oktober 2018

MAKALAH Pengertian Dan Ruang Lingkup Kritik Hadis



MAKALAH
 Pengertian Dan Ruang Lingkup Kritik Hadis
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Kritik Hadis
Yang Diampu Oleh: Bpk Mohammad Subhan Zamzami, LC., M.TH.I










PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYAH
JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN




 

DAFTAR ISI
DAFATR ISI
 KATRA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang............................................................................................................ i
B.    Rumusan Masalah...................................................................................................... i
C.   Tujuan Masalah.......................................................................................................... i
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian metode pembelajaran............................................................................ 2
B.    Macam-macam metode pembelajaran................................................................... 6
  BAB II
  PENUTUP
A.   Kesimpulan.................................................................................................................... 7
B.    Kritik Dan Saran........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA














KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan-Nya kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.  Berikut ini, penulis mempersembahkan sebuah makalah (karya tulis) Metode-metode pembelajara. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri.
Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, penulis mohon maaf, karena penulis sendiri dalam tahap belajar.

Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada para pembaca. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehinga benar-benar bermanfaat.


















BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
B.    Perumusan Masalah
Metode apa saja yang bisa digunakan dan efektif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut?














BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Metode Pembelajaran
   Secara etimologi, metode dalam bahasa arab di kenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategi yang di persiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pekerjaan atau pendidikan, maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. Sedangkan secara terminologi, para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:
Hasan Langgulung, mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus di lalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
Abd. Al-Rahman Ghunaimah, mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
Ahmad Tafsir, mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang penting tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat di simpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan dan tehnik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang di rumuskan dalam silabi mata pelajaran.[1]
   Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, alat itu mempunyai fungsi ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan monopragmatis.Polipragmatis, bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda (multypurpose), misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan untuk membangun atau memperbaiki sesuatu. Kegunaannya dapat tergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan metode  sebagai alat. sedangkan monopragmatis, bilamana metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan.
Secara garis besar metode mengajar dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :
Metode mengajar konvensional, yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau disebut metode tradisional.
Metode mengajar inkonvesional, yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti mengajar dengan modul, pengajaran berprogram, machine unit, masih merupakan metode yang baru dikembangkan dan diterapkan di sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya.[2]
B.     Macam-macam Metode Pembelajaran
1.  Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Peran seorang murid disini sebagai penerima pesan, mendengar memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru.Metode ini layak dipakai guru bila pesan yang disampaikan berupa informasi, jumlah siswa terlalu banyak, dan guru adalah seorang pembicara yang baik.
Kelebihan : penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak-banyaknya, pengorganisasian kelas lebih sederhana, dapat memberikan motivasi terhadap siswa dalam belajar, fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan.[3]
Kelemahan : guru seringkali mengalami kesulitan dalam mengukur pemahaman siswa, siswa cenderunng bersifat pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan guru, menimbulkan rasa pemaksaan pada siswa, cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang.
2.   Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi, saling mempertahankan pendapat dan memecahkan sebuah masalah tertentu.
Kelebihan : suasana kelas lebih hidup, dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, siswa belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam musyawarah.
Kelemahan : siswa ada yang tidak aktif, sulit menduga hasil yang dicapai, siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah dan sistematis.
Untuk mengatasi kelemahan dan segi negatif dari metode ini: pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran, guru mengusahakan seluruh siswa agar berpartisipasi dalam diskusi, mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa yang lain belajar mendengarkan pendapat temannya, mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.[4]
Ada beberapa jenis diskusi yang dilakukan oleh guru dalam membimbing belajar siswa antara lain :
a)      Whole Group, yaitu bentuk diskusi kelas dimana para pesertanya duduk setengah lingkaran, guru bertindak sebagai pemimpin dan topiknya telah direncanakan.
b)      Diskusi kelompok, yaitu diskusi yang biasanya terdiri dari kelompok kecil (4-6) orang peserta, dan juga diskusi kelompok besar terdiri (7-15) anggota. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang suatu topik tertentu dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris.
c)      Buzz Group, yaitu biasanya dibagi-bagi menjadi kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang peserta. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatap muka dengan mudah.Diskusi ini biasanya diadakan ditengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud memperjelas dan mempertajam bahan pelajaran.
d)      Panel, yaitu bentuk diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk mendiskusikan suatau topik tertentu dan duduk dalam bentuk seni melingkar yang dipimpin oleh moderator.
e)      Syindicate group, yaitu bentuk diskusi ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 peserta, masing-masing kelompok mengerjakan tugas-tugas tertentu atau tugas yang bersifat komplementer.
f)        Symposium, yaitu dalam diskusi ini biasanya terdiri dari pembawa makalah, moderator, dan notulis, serta beberapa peserta symposium.
g)      Informal debate, yaitu biasanya bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi dua tim yang agak seimbang besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal.
h)      Fish bowl, yaitu diskusi ini tempat duduk diatur setengah melingkar dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok  diskusi yang seolah-olah melihat ikan yang berada di dalam mangkok.
3.      Metode Tanya Jawab
Yaitu penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab atau penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru.
           Kelebihan : situasi kelas akan hidup karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan buah fikiran, melatih agar anak berani mengungkapkan pendapatnya dengan lisan, timbulnya perbedaan pendapat diantara anak didik akan menghangatkan proses diskusi dengan lisan secara teratur, mendorong murid lebih aktif dan sungguh-sungguh, merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fikir, mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
4. Metode Pembiasan
Yaitu sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan agama Islam. Contohnya ayat pengharaman khomar.
Kelebihan : tidak hanya berkaitan lahiriyah tetapi berhubungan aspek batiniyah. Metode ini tercatat sebagai metode paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.
Kelemahan : membutuhkan tenaga pendidik yang bener-benar dapat dijadikan sebagai contoh.
5.  Metode Keteladanan
Yaitu hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh oleh seseorang dari orang lain, namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat alqur’an.

Kelebihan : memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya, memudahkan guru mengevaluasi hasil belajar, mendorong guru akan selalu berbuat baik, tercipta situasi yang baik dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Kelemahan : figur guru yang kurang baik cenderung akan ditiru oleh anak didiknya, jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.
6.  Metode Pemberian Ganjaran
Yaitu pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik anak didik. Macam-macam ganjaran : pujian yang indah, imbalan materi/hadiah, doa, tanda penghargaan, wasiat pada orang tua.
Kelebihan : memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik, menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang memperoleh pujian dari gurunya.
Kelemahan : dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukan secara berlebihan, umumnya “ganjaran” membutuhkan alat tertentu serta membutuhkan biaya.
7.   Metode Pemberian Hukuman
Metode ini kebalikan dari metode pemberian ganjaran yang mana kelebihan dan kekuragannya hampir sama. Metode ini adalah jalan terakhir dalam proses pendidikan.
8.  Metode Sorogan
Inti metode ini adalah berlangsungnya proses belajar mengajar secara face to face, antara guru dan murid.
Kelebihan : guru secara pasti mengetahui secara pasti kualitas anak didiknya, bagi murid yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran, mendapatkan penjelasan yang pasti dari seorang guru.
Kelemahan : membutuhkan waktu yang sangat bnyak.
9.  Metode Bandongan
Menurut Zamarkhasy Dhofier, yaitu sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerangkan dan sering kali mengulas buku-buu Islam dalam bahasa Arab.
Keun gulannya hampir sama dengan metode ceramah : lebih cepat dan praktis.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
  Metode pengajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, fungsinya adalah menentukan berhasil tidaknya suatu prosess belajar-mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran.  Secara garis besar metode mengajar dapat di klaifikasikan menjadi 2 bagian : metode mengajar konvensional dan metode mengajar inkonvesional.
Metode-metode mengajar yang ada antara lain: metode pembiasaan,metode keteladanan, pemberian ganjaran, metode pemberian hukuman,metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode sorogan, metode bandonngan, metode mudzakarah, metode kisah, metode pemberian tugas, metode karya wisata, metode ekperimen, metode latihan, metode sosiodrama, metode simulasi, metode kerja lapangan, metode simulasi, metode kerja lapangan, metode demonstasi, metode kerja kelompok.











DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.Jakarta : Ciputat Press.
Muhammad Siddik, Metode dan Teknik Mengajar dalam Pendidikan Agama Islam, pustaka setia
Usman, Basrudin M. 2004. Metodologi Pembelajaran Agama Islam.Jakarta ,Ciputat Press.




[1] Siddik Muhammad, Metode dan Teknik Mengajar dalam Pendidikan Agama Islam, (CV,Pustaka setia surabaya,2003)  hal:67

[2] Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal.:5
[3] Usman, Basrudin , Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2004), hal:  45

[4] Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal.:18

Previous Post
Next Post

0 Comments: